Selasa, 14 November 2017

KLARIFIKASI DAN PROKLAMASI ANTI SUAP


KLARIFIKASI DAN PROKLAMASI ANTI SUAP
By : Agung Dwi Wibowo
Sebelum memulai bahasan tentang klarifikasi dan proklamasi, maka saya awali dulu dengan sedikit cerita tentang beberapa rentetan atau kronologi kejadian yang menjadi titik tolak pengambilan sikap yang “BERBEDA” dari pengalaman saya pribadi. Semua yang akan saya kemukakan merupakan suatu pendapat subyektif dari saya, jadi jika ada yang menilai saya tidak obyektif dalam menilai permasalahan ini, maka benar adanya.
Saya mulai terjun ke masyarakat secara langsung, semenjak saya pulang kembali ke desa, setelah beberapa tahun saya pergi untuk menempuh pendidikan di kota Malang.
Pada awalnya saya tidak mengetahui, bahwa kondisi yang berkaitan dengan suap menyuap ini begitu menggurita di tanah kelahiran saya. Segala sesuatu begitu terasa jauh dari idealisme yang saya pegang. Semua idealisme yang saya dapatkan, baik dari hasil belajar di pesantren maupun masjid tempat saya tinggal selama kuliah, begitu kental terasa bertolak belakang dengan realita yang terjadi dimasyarakat dimana saya dilahirkan. Kondisi semacam ini, tentu saya sangat memprihatinkan, terutama bagi saya pribadi, putra Asli Sekarsari, dimana bukan hanya saya dan ayah yang lahir disini, tetapi, kakek, buyut dan canggah (sebatas yg saya ketahui sampai canggah)dilahirkan dan dikebumikan di desa ini.

Akhirnya sayapun bertekad, untuk mulai mengubah semua kondisi ini, meski saat itu, saya tidak tahu harus memulainya dari mana.
Baik lanjut ke pembahasan, sekarang klarifikasi berbagai pertanyaan dan juga tuduhan yg dialamatkan kepada saya...
Saya pernah menerima suap
Iya benar, saya pernah menerima suap... waktu itu masih awal awal saya pulang kembali ke desa ini, ada tetangga yang memberikannya kepada saya. Saya masih ingat betul waktu itu pemilihan ****** dan saya diberikan uang olehnya untuk memilih calon tersebut. Saya tidak tahu harus berkata apa, tapi saya tahu itu uang suap, mau menolakpun rasanya tidak enak, karena waktu itu memang tidak lazim orang menolak ‘duit tukon’, mau menjelaskan juga rasanya tidak tepat waktunya, dan berbagai alasan lainnya yang pada akhirnya membuat saya menerimanya....
Trus diapakan uangnya...?? yang jelas tidak saya pakai untuk makan, atau memberi makan kepada istri saya (waktu itu blm punya anak)
Pernah menerima suap kenapa sekarang begitu getol jadi anti suap..??
Pertama tama, baca yg di atas ya... kemudian, saya mengakui kesalahan yg saya lakukan, ketidak tegasan saya waktu itu dan berbagai kelemahan saya lainnya, saya bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas semua kesalahan saya.
Kemudian, saat kita pernah melakukan kesalahan, bukan berarti kita tidak bisa memperbaikinya dan terus menerus harus berkubang dalam kesalahan tersebut. Saat kita telah menyadari kesalahan maka sudah sepantasnya kita berubah dan memperbaiki diri.
Adapun keputusan untuk menentang dan mengkampanyekan program anti suap ini, adalah sebuah keputusan untuk mencari keredhoan Allah semata, mencoba memperbaiki apa yg terjadi dalam diri saya dan lingkungan sekitar saya, sebab selain tanggung jawab moral, kita sebagai ummat manusia juga memiliki tanggung jawab sosial. Dimana mengupayakan kebaikan bagi kondisi masyarakat juga merupakan bagian dari tanggung jawab sosial kita.
Lihatlah kekayaan alam negeri kita, tidak ada tanah se subur tanah kita, bergbagai macam tanaman dan buah buahan tumbuh di negeri kita ini. Lihatlah laut kita, aneka macam jenis ikan melimpah ruah, lihatlah apa yg di kandung dalam perut bumi kita, berbagai macam hasil tambang bisa di keluarkan dari dalam tanah kita.
Tapi dengan berbagai macam Anugrah dari Allah itu, mengapa negeri kita tidak jadi negeri yang makmur..?? Kenapa negara kita tidak menajdi negara kaya..?? bahka kian hari, hutang luar negeri kita semakin menumpuk, entah sudah berapa ribu trilyun hutang negara kita saat ini. Negeri dengan alam kaya raya, tp miskin dalam perekonomiannya. Pastinya ada yg salah disini.
Dengan kondisi semacam ini, maka sudah pantas bagi kita untuk ber muhasabah, introspeksi diri, untuk kemudian mencoba memperbaiki setiap kesalahan yg mungkin menjauhkan kita dari RahmatNya.
Beranjak dari itulah, maka kesalahan/kemungkaran yg terang benderang di depan mata kita saat ini, adalah maraknya suap menyuap diantara para pejabat, pengemban amanah bahkan merebak hingga rakyat jelata seperti kita. Saking lumrahnya prosesi suap menyuap ini, hingga diangaqp wajar, dianggap lumrah... lalu bagaimana mungkin Allah menurunkan RahmatNya, jika dosa besar semisal suap ini menjadi sesuatu yang lumrah terjadi, sesuatu yang biasa, bahkan menjadi budaya dalam masyarakat kita...???
Merubah itu harusnya pelan pelan
Saya sepakat dengan pendapat ini, tidak saya salahkan, hanya saja mungkin yg bilang begitu blm faham dengan langkah langkah yg saya ambil.
Saya memulai gerakan anti suap ini dari diri saya, istri saya, kelaurga saya baru kemudian ke teman teman dekat saya, dan ini juga melalui proses yg panjang, ber tahun tahun. Saat kelaurga dan teman teman dekat saya sudah mulai siap untuk mengkampanyekan ini, barulah saya mulai untuk secara luas mensosialisasikan ini ke masyarakat. Dan inipun sebenarnya masih terbatas, belum begitu luas, saat ini baru di RW tempat saya tinggal
Hidup tidak usah cari masalah ikuti saja arus kehidupan.
Bagi saya, mengikuti arus kehidupi itu suatu keharusan bila bersesuaian dengan apa apa yg Allah tetapkan. Saat jalannya arus kehidupan bertentangan dengan apa yg Allah gariskan, maka saya itu adalah waktu bagi saya untuk mempertahankan prinsip. Bahkan bukan hanya mempertahankan prinsip, akan tetapi saya akan berusaha untuk membumikan ketetapan dari langit.
“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56).
Tugas kita dalam hidup itu untuk beribadah kepadaNya, untuk mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya, bukan untuk mentaati keinginan masyarakat, bukan untuk mengikuti kebiasaan pada umumnya. Karena Tuhan kita itu Allah, bukan masyarakat atau yang lainnya.
Ingat....... hanya ikan yang mati yang berjalan mengikuti arus air, dan hanya hati terkunci yg tidak merasa risih dengan kemungkaran yang terjadi.
OK, kita Lanjut besok/lusa, selain saya capek, yg baca juga bingung kalau kebanyakan ...☺☺

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome to my village

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Blog ini kami dedikasikan untuk perkembangan dan kemajuan desa kami tercinta : DESA SEKARS...